Tebarberita.id, Samarinda – Anggota DPRD Kalimantan Timur, Sapto Setyo Pramono, mempertanyakan kesesuaian Kurikulum Merdeka dalam konteks Indonesia. Dalam diskusi dengan Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Syaifudian, Sapto menilai kurikulum yang digadang-gadang sebagai inovasi dalam dunia pendidikan ini lebih cocok diterapkan di negara dengan kondisi yang jauh berbeda dengan Indonesia.
“Saya melihat Kurikulum Merdeka ini perlu kita evaluasi kembali. Indonesia dengan keberagaman budaya dan jumlah penduduk yang sangat besar memiliki tantangan yang unik. Kurikulum ini, menurut saya, lebih cocok diterapkan di negara-negara kecil dengan populasi yang homogen seperti Swiss,” tegas Sapto.
Politisi asal Kaltim ini mencontohkan Swiss yang memiliki populasi jauh lebih kecil dan kultur yang relatif homogen. “Jika ingin menerapkan kurikulum serupa, harus disesuaikan dengan konteks Indonesia yang multikultur. Kita perlu mempertimbangkan kondisi geografis, sosial, dan budaya yang sangat beragam di seluruh wilayah Indonesia,” imbuhnya.
Selain itu, Sapto juga meragukan kesiapan infrastruktur dan sumber daya manusia di seluruh Indonesia untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka. “Apakah semua daerah sudah siap? Apakah guru-gurunya sudah dilatih dengan baik? Ini pertanyaan penting yang perlu dijawab sebelum kita melanjutkan implementasi kurikulum ini secara menyeluruh,” tanyanya.
Isu Kurikulum Merdeka memang terus menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan. Meskipun banyak yang mendukung sebagai langkah modernisasi pendidikan, namun tidak sedikit yang meragukan kesiapannya.
Sapto berharap pemerintah dapat melakukan kajian ulang terhadap Kurikulum Merdeka. “Masukan ini perlu menjadi perhatian serius bagi Komisi X DPR RI dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Kita perlu memastikan bahwa kebijakan pendidikan yang diambil benar-benar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat Indonesia,” pungkasnya. (MF/ADV/DPRD KALTIM)