Tebarberita.id – Nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) melemah pada perdagangan pagi ini. Rupiah melemah ke level Rp15.525 atau 97 poin jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin yang berada di level Rp15.428.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah berpeluang melemah hingga mendekati Rp16.000 hari ini. Ada tiga faktor pendorong pelemahan rupiah baik dari internal maupun eksternal. Pertama, dari eksternal yang menyebabkan tensi politik di timur tengah yang terus memanas. Kedua, perekonomian AS yang terus membaik. Ketiga, tensi politik dI AS juga memanas pasca pilpres AS.
“Dari internal, masalah deflasi yang terus terjadi akibat kelas menengah yang terus turun, membuat daya beli masyarakat menurun,” katanya dalam keterangan dikutip Jumat (4/10).
Sentimen eksternal berasal dari Konflik Timur Tengah yang meluas yang dapat mengganggu aliran minyak mentah dari wilayah pengekspor utama sehingga membayangi prospek pasokan global yang lebih kuat. Dalam hal ini, Israel mengebom pusat kota Beirut pada dini hari Kamis, menewaskan sedikitnya enam orang, setelah pasukannya mengalami hari paling mematikan di garis depan Lebanon dalam setahun bentrokan melawan kelompok bersenjata Hizbullah yang didukung Iran.
Selain itu, sentimen Pelemahan Rupiah juga terjadi akibat Presiden Richmond Fed Thomas Barkin mengatakan pada Rabu (2/10) bahwa pemotongan suku bunga 50 basis poin bulan lalu merupakan pengakuan bahwa suku bunga kebijakannya “tidak sinkron” dengan kondisi ekonomi saat ini, tetapi tidak boleh dianggap sebagai tanda bahwa pertempuran melawan inflasi telah berakhir.
Dari sisi domestik, Bank Indonesia (BI) memberikan sinyal untuk membuka ruang pemangkasan suku bunga acuan atau BI Rate lebih lanjut hingga akhir tahun ini. Hal ini seiring dengan kondisi inflasi yang rendah, nilai tukar rupiah yang stabil, dan pertumbuhan ekonomi yang perlu terus didorong.
“BI akan terus mencermati perkembangan ekonomi, seperti kebijakan suku bunga AS, dan Eropa, dan perkembangan ekonomi China,” ujar Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya, Kamis (3/10).
Perlu diketahui, BI memangkas BI Rate pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) September 2024 lalu sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,00 persen. Sementara, suku bunga AS atau Fed Funds Rate (FFR) pada September 2024 menjadi 4,75–5,00 persen.
Di sisi lain, momentum penurunan suku bunga acuan BI ini diperkirakan mendukung pertumbuhan ekonomi agar tetap solid, terutama bagi industri perbankan. Pelonggaran kebijakan moneter BI tersebut diperkirakan akan mendorong penurunan cost of fund, yang selajutnya akan mendorong penurunan suku bunga kredit. (*)
Sumber: www.fortuneidn.com