Tebarberita.id, Samarinda – Stunting atau tengkes pada balita di Kota Tepian masih terbilang tinggi. Data terakhir, pada 2022 terdapat sekitar 2.500 balita se-Samarinda yang mengalami tengkes. Jumlah itu menyentuh 25,3 persen penderita tengkes se-Kaltim. Pada 2023 ini, DPRD Samarinda berharap angka itu bisa ditekan menjadi 14 persen sesuai target nasional.
Jika mengacu upaya Pemkot, Ketua Komisi IV DPRD Samarinda Sri Puji Astuti optimis persentase tengkes bisa melorot hingga 11 persen. “Pemkot sedang melaksanakan percepatan penurunan angka stunting. Kami sudah melihat tahapan dalam kinerja ini, maka kami yakin bisa penuhi target itu,” ucapnya.
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2PA), jelas dia, sudah menjalankan dua kebijakan utama untuk menekan tengkes pada balita di Samarinda. Pertama, ada intervensi spesifik, yakni penanganan medis pada tengkes anak yang bermula dari penyakit. Hal ini dijalankan rumah sakit pemerintah dan puskesmas.
“Lalu, ada intervensi sensitif, langkah ini lebih mengarah pada permasalahan sosial. Stunting juga bisa diakibatkan karena pernikahan dini, minimnya asupan gizi, hingga rendahnya pengawasan orang tua,” beber politikus Demokrat ini. Pemkot diharapkannya bisa memaksimalkan langkah intervensi sensitif tersebut. Memasifkan sosialisasi dan mengedukasi agar pemahaman penyebab tengkes bisa merata di berbagai lapisan masyarakat di Samarinda. “Karena tidak semua kalangan benar-benar paham terkait stunting pada balita,” tuturnya.
Lebih lanjut, Puji, begitu dia disapa, juga meminta Pemkot Samarinda bisa menyerap partisipasi dari masyarakat dan dunia usaha. Mengingat semakin banyak yang terlibat akan memudahkan percepatan penurunan stunting. “Jadi tidak bisa sendiri harus ada kerja sama dengan berbagai pihak. Baik itu LSM, akademisi hingga lintas instansi pemerintahan harus bergerak bersama,” katanya mengakhiri. (ADV/LL)
