TebarBerita.ID
      Artikel ini telah dilihat : 641 kali.
BERITA UTAMA

Tiga Lembaga Ini Kembangkan Kompor Berbahan Bakar Limbah Sawit di Kaltim

Kompor berbahan bakar limbah sawit.

Tebarberita.id, Samarinda – Tim riset multidisiplin dari Institut Teknologi Kalimantan (ITK), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Yayasan Mitra Hijau berhasil mengembangkan kompor berbahan bakar biobriket limbah sawit bernama KOBRA. Inovasi ini tidak hanya menjawab persoalan limbah industri sawit, tetapi juga menawarkan solusi energi bersih bagi masyarakat.

Dari Limbah Menjadi Energi
Yunita Triana, ketua tim riset KOBRA, menjelaskan bahwa biobriket ini memanfaatkan dua jenis limbah: tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang mencapai 17 juta ton per tahun nasional, dan pelepah sawit (PKS) yang menghasilkan 10-15 ton per hektare. “Kalimantan Timur menyumbang 33% produksi sawit nasional dengan 1,3 juta hektare kebun, menjadikan bahan baku kami sangat melimpah,” paparnya dalam acara diseminasi di Kampus ITK.

Teknologi Ramah Lingkungan
Kompor ini mengintegrasikan Thermoelectric Generator (TEG) yang mengubah panas menjadi listrik untuk menggerakkan kipas internal. “Teknologi ini menghilangkan kebutuhan mengipasi kompor secara manual sekaligus meningkatkan efisiensi pembakaran,” tambah Yunita. Dengan biaya produksi Rp350 ribu per unit, KOBRA mampu menghemat energi hingga 437,562 kwh per tahun.

Potensi Pengembangan
Kolaborasi ini melibatkan tujuh peneliti utama, termasuk tiga dosen ITK dan lima mahasiswa. Rencana pengembangan selanjutnya adalah integrasi panel surya untuk menciptakan sistem energi hibrid.

Konteks Krisis Iklim
Dicky Edwin dari Yayasan Mitra Hijau mengingatkan urgensi transisi energi. “Potensi bioenergi Indonesia mencapai 57 gigawatt, tetapi baru 2 gigawatt yang termanfaatkan,” ujarnya. Ia menekankan bahwa tahun 2023-2024 terus memecahkan rekor suhu tertinggi, diikuti oleh 5.400 bencana iklim di Indonesia selama 2023.

Dampak Strategis
Inovasi KOBRA menawarkan tiga solusi sekaligus:

  • Pengelolaan limbah sawit berkelanjutan
  • Pengurangan ketergantungan energi fosil
  • Mitigasi perubahan iklim melalui teknologi rendah emisi

“KOBRA bukan sekadar kompor, tapi bagian dari gerakan transisi energi yang inklusif,” tegas Dicky. Inovasi ini telah menarik minat beberapa pemerintah daerah di Kalimantan untuk program energi bersih pedesaan. (*)

Related posts

Dianggap Sudah 2 Periode, MK Perintahkan KPU Kukar Gelar Pilkada Ulang Tanpa Edi Damansyah

admin

Usai Seminar Internasional, Pascasarjana Komunikasi UINSI Teken MoU dengan UIN Alauddin dan UIN Ar-Raniry

admin

Industri Tekstil Terguncang: 30 Pabrik Tutup dan Ribuan Karyawan Ter-PHK

admin