TebarBerita.ID
      Artikel ini telah dilihat : 1064 kali.
PENDIDIKAN

Cahaya Petunjuk di Desa Daramista

Pondok Pelosok saat memberikan bantuan berupa Al Quran dalam program Tebar Al Qur'an di Yayasan Nurul Huda.

Tebarberita.id – Senin, 28 November 2022, Yayasan Nurul Huda mendapatkan bantuan. Ratusan mushaf Al Qur’an dari Pondok Pelosok yang memiliki program Tebar Al Qur’an. Kitab suci itupun langsung dibagikan kepada santri-santri Nurul Huda. Nurul Huda kini memang terus tumbuh. Namun di balik itu, mengembangkan lembaga pendidikan seperti pesantren memang tidak mudah, apalagi berbentuk yayasan atau swasta. Menguras harta dan tenaga juga pikiran, inilah pengorbanan.

Yayasan Nurul Huda terletak di Desa Daramista Kampung Billatompok, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Warga desa setempat memiliki antusiasme tinggi untuk mempelajari ilmu keagamaan. Ditambah saat itu, belum ada lembaga pendidikan di Desa Daramista, madrasah saja belum ada, pun pesantren.

Kiai Samsul Arifin sejak mulai mendidik di desa tersebut, mengajarkan fiqih, aqoid sebagai pondasi masyarakat mengenal ilmu agama. Pada awalnya, hanya beberapa orang yang datang belajar. Namun, beberapa waktu kemudian, makin banyak yang tertarik untuk mengaji. Terutama mereka yang telah berkeluarga. Para pembelajar ini dominasi kaum bapak-bapak dan emak-emak. Mengetahui pentingnya belajar, kemudian mereka mengirim anak-anaknya untuk dididik langsun oleh Kiai Samsul Arifin, Bahkan, penduduk mendukung Kiai Samsul agar mendirikan madrasah diniyah.

Kiai Moh Ali Hasan saat membagikan Al Quran kepada para santri.

Dukungan yang mengalir tersebut, membuat Kiai Samsul mencari jalan keluar agar lembaga pendidikan yang diinginkan itu dapat terwujud. Membangun gedung dan fasilitas belajar yang layak bukanlah sesutu yang mudah, perlu biaya. Dengan tekad membulat, Kiai Samsul sebagai seorang muassis (pendiri) Nurul Huda, akhirnya memutuskan membentuk yayasan dengan nama Nurul Huda.

Dalam tahap ini, Kia Samsul harus menjual tanah sangkolan atau tanah peninggalan orang tuanya. Belum cukup, Kiai Samsul juga menjual sapi-sapinya guna mewujudkan tempat belajar dengan bangunan yang layak. Melihat pengorbanan Kiai Samsul, warga akhirnya tergerak untuk berpatisipasi dalam pembangunan itu, mereka turut menyumbang.
Seperti tanpa dikomando, Kiai Samsul dan warga bahu-membahu, beberapa bulan kemudian bangunan itu berdiri. Tempat belajar yang diinginkan telah terwujud, walau masih ada kekurangan di sana sini.

Usai tempat belajar tersedia, muncul hambatan berikutnya. Jumlah murid yang datang belajar ke Kiai Samsul membludak. Jumlahnya berkali-kali lipat dari sebelumnya. Setiap sore mencapai ratusan anak. Mustahil menolak mereka belajar, karena bangunan sekolah yang didirikan memang diperuntukkan untuk mereka. Dengan antusiasme ini. Kiai Samsul Arifin dan Nyi Muriatun kembali harus mencari solusi. Tidak mungkin ratusan murid hanya diajar satu guru. Sehingga diperlukan guru tugas untuk membantu proses belajar. Beberapa saat kemudian, datanglah pengajar dari salah satu pondok pesantren di Pamekasan (Banyuanyar), juga guru tugas dari Pesantren Sidogiri.

Lalu bagaimana membayar guru-guru ini?

Memasuki tahun 2003, surat izin operasional Yayasan Nurul Huda terbit. Nurul Huda resmi menjadi lembaga pendidikan. Nurul Huda sebagai lembaga induk menaungi beberapa sekolah, Madrasah Diniyah Nurul Huda, Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda, Raudatul Atfal Al Amin, dan Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda. Untuk pengelolaan dan operasionalnya, diteruskan putera tertua Kiai Syamsul Arifin, Kiai Moh Ali Hasan dan Nyi Muzawwaqotul Helmiah. Di bawah asuhan kiai muda ini yang mengkolaborasikan pendidikan pesantren dan pendidikan umum, Nurul Huda makin cemerlang. Sejumlah santri berprestasi tercetak, baik tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten.

Guru-guru di Yayasan Nurul Huda

Meski begitu, Kiai Syamsul Arifin tidak berhenti mendermakan hartanya. Setiap bulan, uang yang dihasilkannya, ia gunakan untuk membayar gaji para tenaga pendidik di Nurul Huda. Dengan terus berkembangnya lembaga pendidikan Nurul Huda, Kiai Moh Ali Hasan berharap santri-santrinya tidak berhenti belajar. Untuk itu, menurutnya perlu kerja sama dan perhatian dari wali santri atau wali murid Nurul Huda.
“Harapan saya santri-santri belajarnya tambah rajin, bacaan Al Qur’annya tambah bagus. Karena kami beserta guru-guru mengajarkan dan membimbing semaksimal mungkin. Tidak akan maksimal jika sudah pulang ke rumahnya masing-masing tidak ada pengarahan, support, pengawasan dan bimbingan dari wali murid. Maka kiranya mustahil anak itu akan berkembang,” kata Kiai Moh Ali Hasan.

Manakala telah terjalin kerja sama dengan wali murid, ia optimistis peserta didik akan menjadi murid dan santri berprestasi sekaligus berakhlak.

“Orang tua harus berkolaborasi untuk membimbing anak-anak. Sehingga jika itu terjadi, maka siswa akhlaknya akan bagus, IQ-nya pun juga bagus dan cerdas. Kalau sudah akhlaknya bagus pikirannya cerdas maka akan menciptakan siswa yang berprestasi. Saya ucapkan terima kasih ke Pondok Pelosok yang sudah membantu yayasan kami,” demikian Kiai Moh Ali Hasan. (*)

Related posts

Belajar Kembali Normal, Sekolah Subulussalam Samarinda Tandai dengan Upacara

admin

SMKN 4 Samarinda Rampingkan Jurusan

admin

Isran Noor Orasi di UNU Kaltim

admin