TEBARBERITA.ID – Tingginya harga obat di Indonesia dinilai masih menjadi hambatan utama dalam menjamin akses pengobatan yang layak bagi masyarakat, terutama bagi kelompok berpenghasilan rendah. Hal ini disampaikan Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN, NLP Indi Dharmayanti, dalam webinar bertema “Dinamika Harga Obat dalam Sistem E-Katalog Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Layanan Kesehatan”, Selasa (5/8).
Menurut Indi, harga obat yang tinggi bukan hanya berdampak pada kemampuan individu untuk membeli, tetapi juga berpengaruh terhadap produktivitas dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Ia menegaskan pentingnya regulasi harga melalui e-katalog nasional guna menjamin keterjangkauan obat, khususnya bagi pasien yang mendapat jaminan dari BPJS Kesehatan.
“Obat yang tercantum di e-katalog merupakan obat generik yang telah masuk dalam formularium nasional (FORNAS). Dalam sistem ini, harga obat merek dagang disesuaikan mengikuti harga obat generik, sehingga harga obat dapat dikendalikan dengan baik,” jelas Indi dikutip dari brin.go.id.
E-katalog obat sendiri menjadi bagian dari strategi pengendalian harga melalui sistem pengadaan elektronik nasional. Langkah ini dinilai penting untuk memastikan transparansi, efisiensi, dan kestabilan harga obat dalam layanan kesehatan publik.
Sementara itu, Kepala Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN, Wahyu Pudji Nugraheni, menjelaskan bahwa e-katalog juga sejalan dengan kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah. Sistem ini bertujuan mempercepat proses pengadaan obat serta meningkatkan efisiensi distribusi alat kesehatan di berbagai fasilitas layanan.
“Webinar ini menjadi bagian dari upaya untuk mendukung perbaikan kebijakan pengadaan obat di Indonesia yang lebih responsif dan berkelanjutan,” tutup Wahyu.
Langkah-langkah ini menjadi bagian dari komitmen pemerintah dalam memperkuat sistem jaminan kesehatan nasional yang lebih inklusif dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.