TEBARBERITA.ID – Tanpa ramai publikasi, Indonesia mencatat tonggak bersejarah di bidang teknologi antariksa. Sebab, pada Selasa (24/6/2025) lalu, roket Falcon 9 milik SpaceX yang didirikan Elon Musk itu meluncur dari Vandenberg, California, Amerika Serikat, membawa RIDU-Sat 1—satelit nano buatan kadet Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI).
Satelit berukuran hanya 10x10x11,3 cm ini resmi mengorbit pada ketinggian 519 km, menjadi satelit pertama Unhan yang sepenuhnya dirancang dan dioperasikan dari tanah air.
“Ini bukan sekadar peluncuran satelit. Ini peluncuran harapan,” ujar Letjen TNI (Purn) Dr. Anton Nugroho, Rektor Unhan RI seperti dikutip indonesia.go.id.
Misi untuk Komunikasi Darurat
RIDU-Sat 1 bukan satelit biasa. Menggunakan teknologi Automatic Packet Reporting System (APRS), satelit ini dirancang untuk memperkuat komunikasi darurat di daerah bencana, terutama di wilayah terluar dan terdepan Indonesia yang kerap kehilangan sinyal.
“Kalau terjadi bencana di pelosok, sinyal hilang, satelit ini bisa membantu mengirimkan informasi penting,” jelas Mayor Chk (K) Rahmawati, salah satu dosen pembimbing program RIDU-Sat.
Hasil Perjalanan Panjang
Proyek ini dimulai pada 2023 sebagai bagian dari program penguatan sumber daya manusia di bidang teknologi pertahanan yang digagas Presiden Prabowo Subianto saat masih menjabat Menteri Pertahanan. Dalam waktu kurang dari dua tahun, para kadet tidak hanya belajar teori, tetapi juga terlibat langsung dalam perakitan dan pengujian satelit di Berlin bersama Berlin Nanosatelliten Allianz (BNA).
RIDU-Sat 1 kemudian diluncurkan melalui misi Transporter-14 Rideshare Mission bersama 71 satelit lainnya. Sesuai protokol, satelit memasuki fase radio silent selama tiga jam sebelum akhirnya sinyal pertama tertangkap pukul 12.00 WIB dari Stasiun Bumi Satelit Amatir (SBSA) Unhan di Sentul. Tangis haru dan sorak-sorai pecah ketika kontak perdana berhasil dilakukan. “Komunikasi pertama sukses! Satelit kita hidup!” seru Kadet Ahmad Faisal, pemimpin tim operasional ground station.
Kolaborasi Nasional dan Internasional
Keberhasilan ini lahir dari kolaborasi Unhan RI dengan Kementerian Pertahanan, Berlin Nanosatelliten Allianz (BNA), Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN, hingga Amatir Satelit Indonesia (AMSAT-ID). Lebih dari 35 ground station radio amatir di seluruh Indonesia ikut memantau sinyal RIDU-Sat 1.
Menurut Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoedin, keberhasilan ini mencerminkan langkah nyata untuk memperkuat penguasaan teknologi strategis.
“Ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto yang menempatkan penguatan sumber daya manusia STEM sebagai prioritas pertahanan jangka panjang,” ujarnya.
Awal dari Langkah Besar
RIDU-Sat 1 melanjutkan tradisi pengembangan satelit nano setelah Linusat-1 (2011) dan Surya Satellite-1 (2022). Namun, untuk pertama kalinya sebuah universitas pertahanan bertindak sebagai operator satelit dengan stasiun bumi sendiri. Unhan RI telah menyiapkan roadmap untuk misi satelit selanjutnya, termasuk penguatan komunikasi militer dan pemantauan wilayah maritim.
“Kami tidak berhenti di sini. Kami ingin menjadikan Indonesia mandiri dalam teknologi satelit dan komunikasi antariksa,” tegas Letjen Anton Nugroho.
Bagi kadet yang terlibat, keberhasilan ini lebih dari sekadar pencapaian teknis. “Ini mimpi kami yang terbang,” kata Kadet Ahmad Faisal. Ia berharap peluncuran ini menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk berani bermimpi dan menembus batas. (*)