Tebarberita.id, Jakarta — Pemerintah resmi meluncurkan program Beasiswa Keolahragaan bagi atlet dan pelaku olahraga yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi, sebagai bagian dari peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di bidang keolahragaan. Program ini merupakan kolaborasi antara Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), dan menyasar jenjang magister (S2) hingga doktoral (S3).
Beasiswa ini terbuka untuk atlet aktif maupun mantan atlet berprestasi, pelatih, wasit, juri, manajer klub, tenaga medis olahraga, hingga pelaku industri kreatif olahraga. Tujuannya bukan hanya mendongkrak prestasi, tetapi juga memperkuat sistem pendukung olahraga nasional melalui pendekatan sains, manajemen, dan kewirausahaan.
“Ini menjadi tonggak sejarah baru. Atlet bisa kuliah dengan beasiswa LPDP. Harapannya, ke depan LPDP bisa terlibat dalam program kepemudaan lainnya,” ujar Menpora Dito Ariotedjo.
Beasiswa Keolahragaan dibagi menjadi dua skema utama. Jalur Peningkatan Prestasi ditujukan bagi WNI yang aktif di dunia olahraga dan ingin memperkuat kompetensi akademik. Sementara Jalur Penghargaan Prestasi diberikan secara khusus kepada atlet elite berprestasi tingkat dunia. Keduanya mensyaratkan surat rekomendasi resmi dari Kemenpora sebagai syarat utama.
Untuk memperoleh surat rekomendasi, pelamar harus mengajukan permohonan melalui laman https://sitenor.id paling lambat 8 Agustus 2025. Pengumuman hasil rekomendasi dijadwalkan pada 5–10 Agustus 2025. Setelah itu, pendaftaran beasiswa dilakukan melalui situs LPDP Kemenkeu: https://beasiswalpdp.kemenkeu.go.id, dengan batas akhir unggah dokumen pada 12 Agustus 2025.
Direktur Utama LPDP Sudarto menyebut bahwa beasiswa ini merupakan implementasi dari Desain Besar Olahraga Nasional (DBON). “Kemajuan olahraga mencerminkan kualitas sistemnya. Kita tidak bisa hanya mengejar medali, tapi harus membangun ekosistem SDM yang kuat,” ujarnya.
Senada, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno menambahkan bahwa olahraga modern membutuhkan peran dari arsitek, analis data, event organizer, hingga pelaku industri kreatif. “Olahragawan hebat itu IQ-nya tinggi, punya insting kuat, respons cepat, dan kerja keras luar biasa,” katanya.
Adapun syarat umum bagi pelamar yakni usia maksimal 40 tahun untuk S2 dan 45 tahun untuk S3, memiliki ijazah dan transkrip, TOEFL/IELTS sesuai ketentuan LPDP, proposal studi atau riset, dan sertifikat prestasi. Atlet harus pernah meraih medali minimal tingkat nasional, sementara tenaga pendukung olahraga harus terdaftar di aplikasi Sitenor.
Proses seleksi terdiri dari tahapan administrasi (13–21 Agustus 2025), tes bakat skolastik (10–25 September 2025), hingga wawancara substansi (7 Oktober–19 November 2025). Pengumuman hasil akhir dilakukan pada 27 November 2025, dan peserta yang lolos dapat memulai studi pada awal semester 2026.
Program ini mencakup pembiayaan penuh, mulai dari biaya pendidikan, biaya hidup bulanan, asuransi, transportasi, hingga tunjangan keluarga untuk jenjang doktor. Pemerintah berharap skema ini menjadi titik balik peningkatan kesejahteraan atlet dan transformasi sistem keolahragaan nasional.
Melalui beasiswa ini, para atlet tak hanya tampil di podium olahraga, tetapi juga podium akademik—menjadi pemimpin, peneliti, dan inovator yang membawa semangat sportivitas ke ruang-ruang intelektual. (*)