TebarBerita.ID
      Artikel ini telah dilihat : 628 kali.
NASIONAL

Dinilai Rendahkan Pesantren, Senator Kecam Tayangan Xpose Uncensored di TRANS7

Massa saat berunjuk rasa di gedung Transmedia, Jakarta.

TEBARBERITA.ID – Anggota Komisi XI DPR RI Imron Amin mengecam keras tayangan program Xpose Uncensored di stasiun televisi nasional TRANS7 yang dinilai merendahkan Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri, Jawa Timur, serta tokoh ulama KH. Anwar Manshur. Tayangan tersebut menampilkan segmen dengan kalimat “Santrinya Minum Susu Aja Kudu Jongkok, Emang Gini Kehidupan Pondok?” yang dianggap menyudutkan kehidupan pesantren.

“Kalimat itu dianggap merendahkan kehidupan di pesantren dan memperolok simbol-simbol keagamaan yang dijunjung tinggi,” ujar Imron Amin dalam keterangan tertulisnya, Senin (20/10/2025).

Menurut Imron, media massa semestinya menjadi sarana mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan alat yang menyinggung nilai-nilai keagamaan. Ia menuntut Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bertindak tegas terhadap tayangan tersebut.

“KPI tidak boleh tinggal diam. Hentikan programnya dan audit Trans7,” tegas politisi Fraksi Partai Gerindra itu.

Imron menilai tayangan tersebut dapat menimbulkan persepsi keliru terhadap peran besar kiai dan santri dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia mengingatkan bahwa kalangan pesantren memiliki kontribusi penting dalam mempertahankan kemerdekaan pasca-proklamasi 17 Agustus 1945.

Ia mencontohkan peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, ketika kiai dan santri menjadi kekuatan utama setelah KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan Resolusi Jihad, yang menyerukan umat Islam untuk berjihad mempertahankan kemerdekaan. Selain itu, santri juga mendirikan laskar rakyat seperti Hizbullah dan Sabilillah, yang aktif dalam pertempuran di berbagai daerah, termasuk Srondol dan Ambarawa.

Tokoh-tokoh pesantren seperti KH. Zainal Mustofa dari Tasikmalaya, lanjutnya, bahkan memimpin perlawanan bersenjata melawan Jepang dan gugur sebagai pahlawan. Sementara KH. Wahid Hasyim berperan besar dalam perumusan dasar negara, menjadi jembatan antara nilai-nilai Islam dan semangat nasionalisme.

“Dari semua perjuangan yang saya jabarkan, apakah Trans7 sudah melupakan Kiai dan Santri terhadap perjuangan Kemerdekaan RI? Apakah pantas Kiai dan Santri dihinakan seperti itu?” ujarnya dengan nada tegas.

Imron menilai pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan keagamaan, melainkan juga pusat perjuangan dan pembentukan karakter bangsa. Karena itu, ia meminta agar media lebih berhati-hati dalam menampilkan konten yang bersinggungan dengan nilai-nilai religius dan sejarah nasional.

Ia juga menyoroti permintaan maaf yang telah disampaikan pihak TRANS7, namun menilai langkah tersebut belum cukup untuk menutup dampak yang ditimbulkan. Imron memastikan Komisi I DPR, yang membidangi urusan penyiaran, akan segera memanggil Kementerian Informasi dan Digital (Komdigi) serta KPI untuk meminta klarifikasi.

Ia menegaskan bahwa insiden ini harus menjadi pelajaran bagi industri penyiaran agar lebih menghormati simbol keagamaan dan peran pesantren dalam sejarah perjuangan bangsa. (*)

Related posts

Satgas Bawa 13 Wartawan Jepang ke Lokasi Pembangunan IKN

admin

Undang Tokoh Agama dan Serikat Buruh, Prabowo Janjikan Perjuangkan RUU Perampasan Aset

admin

Pemerintah Akan Tanggung 50 Persen Iuran BPJS Ketenagakerjaan untuk Ojol

admin