TebarBerita.ID
      Artikel ini telah dilihat : 625 kali.
KESEHATAN

Digitalisasi Manuskrip Etnomedisin Jawa untuk Lestarikan Pengobatan Tradisional Berbasis Tanaman Obat

Tebarberita.id, Jakarta – Peneliti Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan (PR MLTL) BRIN, Suyami, menekankan pentingnya digitalisasi manuskrip sebagai langkah pelestarian pengetahuan etnomedisin Jawa. Ia menilai, warisan pengobatan tradisional berbasis tanaman obat ini memiliki nilai budaya sekaligus potensi besar untuk kesehatan masyarakat modern.

“Sayangnya, sebagian besar manuskrip ini kini sulit diakses oleh masyarakat umum. Bahkan, ada yang hilang atau dipinjam oleh pihak tertentu tanpa dikembalikan,” ujar Suyami dalam Webinar ke-30 PR MLTL BRIN, seperti dikutip brin.go.id, Kamis (21/8/2025).

Menurutnya, ada sejumlah tantangan utama dalam pelestarian etnomedisin Jawa, mulai dari keterbatasan akses manuskrip, minimnya kemampuan membaca aksara Jawa, hingga hilangnya naskah-naskah penting yang tidak terarsip dengan baik. Selain itu, generasi muda banyak yang tidak lagi mengenal tanaman obat tradisional.

Untuk itu, Suyami mendorong berbagai langkah strategis, seperti dokumentasi ulang dan digitalisasi manuskrip, kolaborasi peneliti dengan praktisi herbal dan industri jamu, pengembangan produk berbasis resep leluhur, serta edukasi publik terkait tanaman obat di sekitar mereka.

Ia memaparkan sejumlah manuskrip penting yang merekam pengetahuan etnomedisin Jawa, di antaranya Serat Primbon Racikan Jampi Jawi (4 jilid, koleksi Kraton Kasunanan Surakarta), Serat Primbon Jampi Jawi (Mangkunegaran Surakarta), Serat Centhini (BPNB Yogyakarta), Serat Mumulya Sarira (Mangkunegaran Surakarta), Serat Chayatul Chewan (Museum Sonobudoyo Yogyakarta), dan Serat Pengobatan (Perpustakaan Nasional).

Dari sekian banyak naskah, Serat Primbon Racikan Jampi Jawi disebut sebagai yang paling lengkap, memuat 1.733 ramuan dalam 57 kelompok pengobatan tradisional.

“Tradisi pemanfaatan tanaman obat sangat hidup di masa lalu. Namun kini banyak generasi muda bahkan di desa-desa sudah tidak mengenal bahan tradisional, tergantikan obat modern dan produk jamu pabrik,” jelasnya.

Meski demikian, Suyami menambahkan, pengobatan tradisional tidak sepenuhnya tergantikan. Tradisi seperti jamu cekokan untuk bayi hingga kini masih banyak dicari masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa pengobatan tradisional tetap memiliki ruang hidup, asalkan didukung literasi, edukasi, dan pelestarian.

Ia menegaskan, manuskrip Jawa merupakan warisan intelektual yang tak ternilai. Jika digali dan dikemas secara modern, pengetahuan tersebut bisa menjadi alternatif pengobatan yang murah, alami, dan sesuai dengan filosofi kesehatan masyarakat lokal.

“Pelestarian etnomedisin bukan hanya tentang menjaga budaya, tetapi juga kemandirian bangsa dalam bidang kesehatan,” pungkasnya. (*)

Related posts

Tingginya Harga Obat di Indonesia Pengaruhi Kesejahteraan Masyarakat Berpenghasilan Rendah

admin

Posyandu Aisyah Sambutan Segera Beroperasi

admin

Waspada Munculnya Cacar Monyet, Komisi IV DPRD Samarinda Sarankan Warga Terapkan PHBS

admin