Tebarberita.id, Samarinda – Genangan air akibat banjir kembali melumpuhkan sejumlah kawasan di Samarinda, termasuk wilayah Loa Janan Ilir. Jalan utama seperti di kawasan HM Rifadin terputus, menyebabkan kemacetan panjang dan mendorong pembukaan dapur umum di beberapa titik. Menyikapi kondisi ini, DPRD Kalimantan Timur mendesak pemerintah provinsi segera turun tangan dan tidak tinggal diam.
Sekretaris Komisi IV DPRD Kaltim, Darlis Pattalongi, menyebut banjir yang terjadi sejak Senin siang (12/5/2025) telah meluas hampir ke seluruh wilayah kota. “Ini kan banjir nih, hampir seluruhnya kena. Bahkan di pinggiran juga terdampak. Ada jalan yang sampai putus di HM Rifadin, jadi akses timbul kemacetan panjang. Sampai sekarang pun masih macet, dapur umum masih aktif di beberapa lokasi seperti Loa Janan. Itu salah satu yang terparah,” ujarnya.
Menurut Darlis, curah hujan tinggi bukan satu-satunya penyebab. Ia menilai banjir ini merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor, termasuk dampak aktivitas pertambangan di daerah hulu yang memperburuk kondisi aliran air ke Samarinda. “Ya, curah hujan memang tinggi, hampir seluruh Kalimantan Timur terdampak. Tapi kita juga tak bisa tutup mata terhadap aktivitas di daerah-daerah hulu, seperti tambang. Samarinda ini kan berada di daerah aliran sungai, jadi air dari luar kota juga ikut mengalir deras ke sini. Debit air yang masuk luar biasa besarnya,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa penanganan banjir tak bisa diserahkan hanya kepada Pemerintah Kota Samarinda. Menurutnya, diperlukan perhatian dan intervensi langsung dari Pemerintah Provinsi Kaltim karena bencana ini sudah berdampak luas. “Kita prihatin, dan ini bukan hanya persoalan Pemerintah Kota Samarinda semata. Ini tanggung jawab bersama. Pemerintah provinsi harus menjadikan ini sebagai perhatian utama karena dampaknya sudah meluas ke berbagai kabupaten dan kota,” jelas politisi PAN tersebut.
Darlis juga menyoroti persoalan sistemik seperti buruknya sistem drainase, alih fungsi lahan, hingga lemahnya pengawasan terhadap aktivitas tambang. Ia menilai penanganan banjir selama ini masih bersifat reaktif dan belum menyentuh akar masalah. “Kondisi Samarinda sekarang itu multi-efek. Cuacanya ekstrem, wilayah terdampaknya luas, aliran sungainya besar, dan banyak faktor lain. Karena itu, kita perlu solusi jangka panjang, bukan hanya tanggap darurat sesaat,” tandasnya.
Ia mendesak Pemprov Kaltim segera merumuskan penanganan komprehensif, mulai dari evaluasi perizinan tambang, pembangunan infrastruktur pengendali banjir, hingga perbaikan sistem drainase yang lebih terintegrasi. “Ini ibu kota provinsi, pusat aktivitas. Tidak bisa dibiarkan terus-menerus seperti ini. Kalau semua daerah sekitar hujan deras, otomatis Samarinda jadi muara airnya. Maka wajar kalau banjir jadi luar biasa, tapi kita juga harus siapkan antisipasi luar biasa,” pungkasnya. (ADV/DPRD KALTIM)