TebarBerita.ID
      Artikel ini telah dilihat : 622 kali.
KESEHATAN

Profesor di BRIN Dorong Pendekatan Biopsikososial dan Teknologi AI untuk Penyakit Stroke

TEBARBERITA.ID – Stroke masih menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia dan menduduki peringkat kedua secara global. Prevalensinya mencapai 8 hingga 10,2 per mil dan menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun tanpa penurunan yang signifikan.

Peringatan ini disampaikan Woro Riyadina dalam Sidang Pengukuhan Profesor Riset di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang digelar di Gedung B.J. Habibie, Jakarta, Rabu (16/7/2025). Dalam pidatonya, Woro menekankan pentingnya pendekatan baru berbasis biopsikososial dalam penanganan stroke, yang dinilai lebih komprehensif dibandingkan pendekatan biomedis semata.

“Stroke tidak hanya menyebabkan kematian, tetapi juga menjadi penyebab utama kecacatan permanen dan gangguan kognitif seperti demensia. Dampaknya meluas ke berbagai aspek kehidupan, mulai dari beban ekonomi hingga tekanan emosional, baik bagi individu yang terdampak maupun keluarganya,” ujarnya dikutip dari brin.go.id.

Woro menjelaskan bahwa transisi epidemiologi di Indonesia telah menggeser beban penyakit dari yang semula menular ke penyakit tidak menular (PTM), termasuk stroke. Lebih mengkhawatirkan lagi, stroke kini juga banyak menyerang usia produktif, menyebabkan kematian prematur.

Menurutnya, peningkatan kasus stroke dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko yang kompleks dan saling terkait, seperti hipertensi, hiperglikemia, stres, serta gaya hidup tidak aktif. “Jika hanya fokus pada faktor biologis, upaya pengendalian stroke menjadi kurang efektif. Namun, dengan mengintervensi faktor-faktor secara bersamaan, kejadian stroke bisa dicegah hingga 77%,” jelasnya.

Sebagai bagian dari solusi, Kementerian Kesehatan, BRIN, dan Universitas Indonesia telah mengembangkan Indonesia Kartu Risiko Stroke dan Indonesia Score Risiko Stroke, yaitu alat prediksi risiko stroke individual. Woro juga mendorong pemanfaatan teknologi seperti machine learning dan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan akurasi prediksi dan efisiensi deteksi dini.

Instrumen prediksi digital ini dirancang agar dapat terintegrasi dalam sistem Satu Sehat, sebagai bagian dari sistem surveilans stroke berbasis masyarakat. “Pendekatan biopsikososial yang diusulkan mencakup faktor biologis, psikologis, dan sosial, serta berbasis pada keterlibatan aktif masyarakat,” ungkap Woro.

Ia juga menekankan perlunya dukungan kebijakan yang kuat untuk mewujudkan sistem pencegahan dan penanganan stroke berkelanjutan. Langkah tersebut termasuk pembentukan pusat layanan stroke (Stroke Center), layanan home care untuk pasien stroke, serta penempatan psikolog klinis di fasilitas kesehatan tingkat pertama.

Lebih lanjut, Woro menyarankan integrasi sistem surveilans stroke dengan data nasional berbasis cloud yang dapat diakses melalui perangkat digital. Menurutnya, kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Kementerian Sosial diperlukan untuk menjamin keamanan dan aksesibilitas data secara merata.

Menutup pidatonya, Woro mengajak Organisasi Riset Kesehatan (ORK) dan Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI) BRIN untuk memprioritaskan penelitian dan pengembangan teknologi prediksi stroke berbasis pendekatan biopsikososial. “Inovasi berbasis teknologi dinilai sebagai kunci untuk menciptakan sistem pencegahan dan pengendalian stroke yang lebih efektif dan efisien di Indonesia,” pungkasnya. (*)

Related posts

BKOW Kaltim dan IPPRISIA Gelar Seminar Fisik Mental Lansia

admin

Posyandu Aisyah Sambutan Segera Beroperasi

admin

Jelang Kembalinya RSI, Manajemen Rekrut Nakes dan Penunjang, Tembus 2.500 Pelamar

admin