TEBARBERITA.ID – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan pentingnya minyak jelantah sebagai sumber bahan baku strategis untuk produksi biodiesel dan bioavtur, yang dinilai mampu mendukung transisi energi bersih dan mengurangi jejak karbon. Peneliti Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkuler (PR EPS) BRIN, Julian Witjaksono, menyebutkan pemanfaatan minyak jelantah tidak hanya berpotensi meningkatkan kemandirian energi nasional, tetapi juga memberikan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan yang signifikan.
“Minyak jelantah dapat menjadi second feedstock yang berkelanjutan bagi biodiesel dan bioavtur, dengan nilai strategis mulai dari peningkatan pendapatan rumah tangga, pengurangan pencemaran limbah, hingga mendorong ekspor energi terbarukan,” ujar Julian saat memaparkan model rantai pasok dalam rangkaian Pareto 2025, pekan lalu seperti dikutip brin.go.id.
Julian menjelaskan, rancangan model rantai pasok minyak jelantah berbasis keberlanjutan ini meliputi empat dimensi utama: ekonomi, sosial, lingkungan, dan teknologi/infrastruktur. Setiap dimensi disusun dari variabel yang saling menguatkan, untuk memastikan pengelolaan minyak jelantah dapat berjalan efektif dari hulu ke hilir.
Ia menekankan, keterlibatan berbagai pemangku kepentingan menjadi kunci dalam menciptakan sistem rantai pasok yang efisien. Hal ini akan memperkuat tata kelola dan mendorong pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan baku energi baru terbarukan (EBT) secara optimal.
Menambahkan pandangan tersebut, Didit Octa Pribadi mengungkapkan bahwa minyak jelantah kini sudah menjadi komoditas bernilai ekonomi dan mulai aktif diperdagangkan.
“Moratorium ekspor minyak jelantah cukup berdampak, namun juga memberi ruang bagi pasar domestik untuk mengembangkan bioreaktor dan memaksimalkan pemanfaatannya,” jelas Didit.
Dengan pengelolaan yang tepat, minyak jelantah diyakini dapat menjadi salah satu pilar kemandirian energi Indonesia sekaligus mendukung target pembangunan rendah karbon. (*)