TEBARBERITA.ID – Isu kandungan etanol dalam bahan bakar minyak (BBM) kembali mencuat setelah dua SPBU swasta, BP dan Vivo, membatalkan pembelian BBM dari Pertamina. Langkah tersebut diduga berkaitan dengan kandungan etanol sekitar 3,5 persen dalam base fuel Pertamina, sementara Pertamax Green 95 mengandung sekitar 5 persen etanol.
Peristiwa ini memunculkan pertanyaan publik soal pengaruh etanol terhadap performa mesin kendaraan dan dampaknya bagi lingkungan.
Apa itu Etanol dalam BBM?
Etanol merupakan senyawa alkohol hasil fermentasi bahan nabati seperti tebu, jagung, atau singkong. Dalam industri energi, etanol dikenal sebagai bioetanol—bahan bakar nabati yang bersumber dari energi terbarukan. Pencampuran etanol dengan bensin dilakukan dalam berbagai kadar, seperti E5 (5 persen etanol), E10 (10 persen), hingga E20 (20 persen).
Tujuan utama pencampuran ini ialah menekan emisi karbon, meningkatkan angka oktan agar pembakaran mesin lebih sempurna, serta mengurangi ketergantungan terhadap minyak fosil dalam rangka transisi menuju energi hijau.
Kelebihan Etanol: Lebih Ramah Mesin dan Lingkungan
Etanol memiliki angka oktan tinggi, mencapai sekitar 110, jauh di atas bensin konvensional yang berkisar antara 91–100. Angka oktan yang lebih tinggi membuat pembakaran lebih efisien dan mengurangi risiko knocking, sehingga mesin bekerja lebih halus.
Selain itu, kandungan oksigen alami pada etanol membantu proses pembakaran lebih sempurna, menekan emisi gas beracun seperti karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC) hingga 30 persen. Karena berasal dari tanaman, karbon dalam etanol juga bersifat siklik—diserap dan dilepas kembali oleh tanaman—sehingga tidak menambah emisi karbon baru secara signifikan.
Tantangan Teknis Etanol bagi Mesin
Namun, kandungan etanol juga memiliki sisi teknis yang perlu diperhatikan. Etanol memiliki energi lebih rendah dibanding bensin—sekitar 27 megajoule/kg dibanding bensin 43–44 megajoule/kg. Dampaknya, kendaraan memerlukan bahan bakar lebih banyak untuk jarak tempuh yang sama, terutama pada campuran tinggi (E20 ke atas).
Etanol juga bersifat higroskopis atau mudah menyerap air. Akumulasi air di tangki dapat menimbulkan korosi dan menurunkan kualitas bahan bakar, terutama pada kendaraan yang jarang digunakan. Selain itu, etanol sulit menguap pada suhu rendah sehingga dapat menyulitkan proses starter pada pagi hari.
Standar Etanol di Indonesia Masih Aman
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan kadar etanol dalam base fuel Pertamina masih tergolong aman. Dirjen Migas menyebutkan, pencampuran etanol adalah praktik umum di berbagai negara.
Data U.S. Energy Information Administration (EIA) menunjukkan hampir seluruh bensin di Amerika Serikat mengandung etanol hingga kadar E10, sedangkan Brasil bahkan telah menggunakan campuran E20–E27 berkat dukungan infrastruktur dan bahan baku tebu yang melimpah.
Indonesia sendiri baru menerapkan kadar E5 melalui Pertamax Green 95 dan akan meningkatkan kadar etanol secara bertahap sejalan dengan program transisi energi hijau nasional.
Selama kadar etanol masih dalam batas wajar (E5–E10), pengaruhnya terhadap mesin kendaraan relatif kecil dan justru mendukung efisiensi pembakaran serta pengurangan emisi karbon. Kebijakan pencampuran etanol menjadi langkah strategis menuju kemandirian energi dan keberlanjutan lingkungan.
Fakta Singkat tentang Etanol BBM:
Apa itu etanol BBM? Campuran bensin dengan etanol 5–10 persen untuk meningkatkan oktan dan menurunkan emisi.
Mengapa dicampur etanol? Untuk mendukung energi hijau dan menekan emisi karbon.
Apakah aman untuk mesin? Aman pada kadar rendah (E5–E10).
Negara lain sudah pakai? Ya, AS dan Brasil sudah lama menggunakan etanol hingga 27 persen tanpa kendala berarti. (*)
