TebarBerita.ID
      Artikel ini telah dilihat : 623 kali.
NASIONAL

Sawit Jadi Kunci Masa Depan Energi Nasional, Perlu Kolaborasi Riset dan Inovasi

Tebarberita.id, Jakarta – Kelapa sawit diproyeksikan menjadi salah satu sumber energi utama masa depan Indonesia. Selain menopang ketahanan energi nasional, komoditas ini juga menjadi tumpuan utama pencapaian target net zero emission 2060.

Kepala Pusat Riset Ekonomi Industri, Jasa, dan Perdagangan BRIN, Umi Muawanah, menegaskan bahwa masa depan energi Indonesia akan banyak ditentukan oleh kemampuan mengelola dan mengembangkan sawit berbasis riset.

“Riset seharusnya di depan, bukan di belakang. Riset harus bisa menginformasikan kebijakan,” ujarnya dalam forum The 2nd Indonesia Palm Oil Research & Innovation Conference & Expo (IPORICE) 2025 di BRIN KST Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, Rabu (1/10/2025) seperti dikutip brin.go.id.

Menurut Umi, riset sawit di Indonesia selama ini masih berfokus pada pengelolaan limbah dan penurunan emisi karbon, sementara peluang besar dalam inovasi bioenergi, diversifikasi produk, dan circular economy belum digarap optimal. Padahal, limbah sawit berpotensi menjadi sumber bioenergi strategis jika dikelola dengan pendekatan teknologi yang tepat. Karena itu, kolaborasi pentaheliks antara pemerintah, industri, akademisi, masyarakat, dan media perlu diperkuat agar hasil riset benar-benar diterapkan dan memberi nilai tambah ekonomi sekaligus energi.

Dari sisi kebijakan, Iryan Permana Dharma, Subkoordinator Perencanaan Program Bioenergi Kementerian ESDM, menegaskan bahwa sawit merupakan tulang punggung pengembangan bioenergi nasional.

“Sesuai kebijakan energi nasional, pengembangan bioenergi adalah salah satu strategi utama kita untuk mewujudkan target net zero emission 2060 atau lebih cepat,” ujarnya.

Ia memaparkan, porsi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional baru mencapai 14,68% pada 2024, dan ditargetkan meningkat hingga 31% pada 2050, di mana bioenergi berperan besar dalam mencapai angka itu. Sekitar 70% kontribusi bioenergi berasal dari kelapa sawit melalui program biodiesel B35 dan pengembangan bioetanol, bioavtur, serta biomassa untuk listrik.

Dengan target produksi biodiesel nasional mencapai 13 juta kiloliter pada 2045, Indonesia diproyeksikan menjadi produsen biodiesel terbesar di dunia, melampaui Malaysia dan Brasil. Dari sisi industri, Direktur Utama PT SMART Tbk, Agus Purnomo, menyebut bahwa potensi sawit sebagai energi masa depan juga didorong oleh tekanan pasar global terhadap produk hijau.

“Pembeli-pembeli kami di pasar-pasar besar seperti Amerika, Eropa, hingga Tiongkok, menuntut produk yang turut menjaga keberlanjutan. Bahkan, dalam delapan tahun terakhir, beberapa pembeli besar di Eropa bersedia berbagi biaya memberikan premi antara $30 hingga $50 per ton untuk produk sawit yang berkelanjutan dan rendah emisi,” jelasnya.

Agus menguraikan bahwa emisi sawit dibagi menjadi dua kategori besar: emisi terkait lahan (FLAG), seperti limbah cair (POME), pemakaian pupuk, dan pembukaan lahan baru, serta emisi tidak langsung dari transportasi dan rantai pasok. Berbagai langkah mitigasi telah dilakukan, termasuk pengolahan POME menjadi pupuk, restorasi gambut, dan konservasi hutan. Semua ini memperkuat peran sawit dalam menciptakan sistem energi yang bersih, terbarukan, dan berkelanjutan.

Sementara itu, Ketua Bidang Teknologi GPPI, Petrus Tjandra, menegaskan pentingnya sinergi riset dan industri agar potensi sawit benar-benar menjadi tulang punggung energi nasional.

“BRIN harus menjadi pemimpin agar riset kita tidak jalan sendiri-sendiri dan bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat, termasuk petani,” ujarnya.

Petrus menambahkan, pemerintah menargetkan produksi 100 juta ton sawit pada 2045, dengan 70% di antaranya dialokasikan untuk kebutuhan energi. Ia mencontohkan Jepang yang telah memanfaatkan biomassa cangkang sawit sebagai pengganti energi nuklir — sebuah gambaran konkret betapa strategisnya posisi sawit di pasar energi global.

Melalui IPORICE 2025, BRIN bersama para pelaku industri dan kementerian terkait berupaya menegaskan kembali bahwa sawit bukan lagi sekadar komoditas ekspor, melainkan fondasi penting bagi masa depan energi hijau Indonesia. Dengan riset terarah, inovasi teknologi, dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia berpeluang menjadi pusat energi berkelanjutan dunia berbasis kelapa sawit. (*)

Related posts

TNI Siapkan Rudal Balistik Taktis di Kaltim, Daya Jangkau Capai Singapura dan Malaysia

admin

Begini Upaya Pemerintah Berantas Mafia Pangan

admin

Pengda JMSI Kaltim Dilantik, Ketua Umum: Jangan Malah Terlibat Korupsi

admin