TebarBerita.ID
      Artikel ini telah dilihat : 954 kali.
BERITA UTAMA HUKUM NASIONAL

Minyak Rusia Lebih Murah, Kenapa Pemerintah Jokowi Tak Berani Beli?

Tebarberita.id, Jakarta – Ketua Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Danang Girindrawardana menyebut langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menaikkan harga BBM demi menyiasati lonjakan harga minyak dunia menunjukkan pemerintah tidak punya nyali. Padahal ada opsi lain yang bisa diambil Jokowi untuk mengatasi lonjakan anggaran subsidi BBM dan energi akibat kenaikan harga minyak tersebut. Opsi itu adalah membeli minyak dari Rusia.

“Paling gampang yang bisa dilakukan pemerintah dalam mengatasi kenaikan harga minyak dunia ini, beli minyak dari Rusia. Lebih hemat, lebih cepat, dan lebih pasti tanpa pengaruh fluktuasi dolar AS,” ungkap Danang kepada CNNIndonesia.com, Selasa (6/9).

Memang, ia mengatakan pilihan ini butuh keberanian. Pasalnya, ini terkait sikap  Indonesia dalam perdagangan internasional. Selama ini asas politik Indonesia sudah jelas; negara non-blok alias tidak berpihak pada timur atau barat.

Tapi, pemerintah ternyata tidak berani mengambil keputusan untuk membeli minyak dari Rusia. Mereka lebih memilih menaikkan harga BBM dalam negeri ketimbang membeli minyak Rusia supaya beban subsidi bisa ditekan.

Pada akhirnya, pemerintah mengambil opsi menaikkan harga BBM jenis pertalite, solar dan pertamax pada Sabtu (3/9).

Pertalite naik dari Rp7.650 menjadi Rp10 ribu per liter. Solar naik dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter, dan pertamax naik Rp12.500 menjadi Rp14.500 per liter.

“Kalau kita tidak punya nyali menghadapi luar negeri, ya naikkan saja BBM dalam negeri,” kata Danang.

Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan Presiden Jokowi setuju untuk mengimpor minyak dari Rusia karena lebih murah dibandingkan harga pasar internasional.

Menurutnya, harga minyak Rusia lebih murah 30 persen dibandingkan dengan harga internasional. Hal itu membuat Jokowi tertarik untuk mengimpor minyak dari Negeri Beruang Merah.

“Rusia nawarin ke kita, eh lu mau nggak India sudah ambil nih minyak kita harganya 30 persen lebih murah daripada harga pasar internasional. Kalau buat teman-teman CEO Mastermind ambil ga? Ambil. Pak Jokowi pikir yang sama, ambil,” papar Sandi.

Meski lebih murah dari harga pasar, Rusia diduga tetap mendapatkan untung sebesar US$6 miliar per hari. Sementara, biaya untuk perang dengan Ukraina hanya US$1 miliar per hari.

“Jadi Rusia setiap hari profit US$5 miliar,” imbuh Sandiaga.

Namun, Sandiaga mengakui beberapa pihak masih ragu untuk mengimpor minyak dari Rusia karena takut diembargo oleh Amerika Serikat (AS). Maklum, setiap pengiriman dolar AS harus dikontrol oleh Negeri Paman Sam.

“Memang tantangannya karena barat (AS) ini kan mau bagaimana pun juga mereka kontrol teknologi, payment. Setiap pengiriman dolar AS harus lewat New York,” jelas Sandiaga.

Sandiaga menjelaskan kalau bank di Indonesia dikeluarkan dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunications (SWIFT), maka bank asal RI tak bisa mengirim dolar AS.

“Kata Rusia tidak perlu takut, bayar pakai rubel saja. Konversi rupiah ke rubel, nah ini teman-teman di sektor keuangan lagi menghitung,” kata Sandiaga.

SWIFT merupakan sistem yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan dunia, sehingga bank dapat mengirim dan menerima pesan transaksi dengan cepat dan aman. Dengan SWIFT, transaksi keuangan saat ini dapat dilakukan antar negara bahkan antar benua.

Sumber: CNN Indonesia

Related posts

Pasca Putusan Pengadilan, Mahfud MD: Pemilu 2024 Tetap Sesuai Jadwal

admin

Kompetensi Guru Penggerak Harus Dikembangkan

admin

Jelang Lawan Palestina dan Argentina, Timnas Indonesia Hadapi Masalah

admin